Selasa, 17 April 2012

Filsafat Kimia


Ilmu  kimia adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu materi. Berfikir radikal merupakan awal lahirnya kimia. Dahulu, ilmuwan menganggap secara radikal atau bebas tentang definisi atom dan model atom. Pikiran radikal diperoleh dari dari kemauan dan kemampuan suatu otak untuk memikirkan sesuatu yang abstrak ataupu empriris. Cara berpikir radikal ini, mempunyai manfaat yang besar dalam perkembangan dunia kimia. Salah satu mendorong ilmuwan untuk melakukan perenungan berpikir untuk menemukan kelanjutan dari pikiran radikalnya. Banyak sekali muncul teori-teori tentang atom yang yang diawali oleh berfikir yang pokok atau fundamental dari fenomena dasar mengenai penyusun suatu materi. Misalkan kita membahas “air”, maka secara sederhana yang dipelajari oleh ilmu kimia tentang air adalah mengenai Bagaimana atom-atom hidrogen dan oksigen tersusun dalam sebuah molekul air dengan membentuk struktur molekul, bagaimana sifat-sifat air dihubungkan dengan susunan dan struktur tadi, perubahan apa yang terjadi pada air, dan berapa besar energi yang dihasilkan atau diserap pada perubahan tersebut.
Ciri pemikiran filsafat ini yang menginspirasikan paradigma pemahaman terhadap ilmu kimia. Sesuai pemikiran filsafat belajar itu harus menyeluruh/integral. Paradigma ini memunculkan suatu cara berfikir,jika saya ingin memahami kimia secara menyeluruh maka paradigma saya harus mempelajari ilmu kimia bukan materi kimia. Pemahaman ini muncul, karena jika saya hanya belajar materi kimia jadi saya hanya belajar dari bagian kecil kimia. Padahal ilmu kimia lebih luas dan menyeluruh. Ketika kita belajar ilmu kimia maka akan diperoleh pemahaman yang integral karena konsep, teori, hokum dalam kimia adalah satu dengan yang lainnya saling berikatan. Berbeda jika kita belajar materi kimia maka kita hanya mendapatkan bagian dari teori, konsep, maupun hokum kimia tertentu. Contohnya ; kita belajar hanya kimia organik saja, maka tentang energetika kmia tidak dicakupnya sehingga pada reaksinya kurang memahami energi yang menyertainya 
Hakekat ilmu kimia adalah bahwa benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi deformasi, perubahan letak susunan, ini mempengaruhi sifat-sifat yang berbeda dengan wujud yang semula.
Fakta yang terdapat di alam mempunyai banyak hubungan dengan ilmu kimia. Dari ciri pemikiran filsafat yang telah saya pelajari mempunyai arti besar dalam menumbuhkan sikap kritis terhadap suatu fakta. Sikap kritis ini merangsang otak untuk mengajukan berbagi pertanyaan terhadap fenomena yang ada. Sebagai contoh ; fakta kimia yaitu korosi. Dari sikap kritis muncul pertanyaan ; apa yang menyebabkan korosi, bagaimana proses korosi, mengapa terjadi korosi, di mana terjadi korosi, dan seterusnya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab setelah dilakukan pengolahan informasi melalui suatu analisis yang pajang. Sebagian besar konsep, teori, dan hukum kimia merupakan produk dari proses kritikisasi dan analisis fakta yang ada sehingga diperoleh konsep, teori, dan hukum kimia secara ilmiah. Setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu. Secara detail, tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir sistematik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan.
Dalam mencari jawaban suatu masalah filsafat mempunyai suatu sistem pengetahuan yang rasional secara runtut. Keruntutan sistem tersebut sering disebut metode ilmiah atau nalar ilmiah. Dalam ilmu kimia banyak teori maupun hukum kimia diperoleh dari proses nalar ilmiah atau metode ilmiah. Contoh ; batu baterai sebagai sumber listrik. Pembuat batu baterai merupakan hasil dari proses pemikiran ilmia yang panjang. Berawal dari suatu hipotesis bahwa reaksi kimia merupakan interaksi antara muatan positif dan negatif sehingga terjadi arus listrik. Jawaban-jawaban atau analisis-analisis diperoleh dengan melakukan eksperimen mengenai sel yang bisa menghasilkan arus listrik. Dari jawaban-jawaban yang diperoleh membawa suatu kesimpulan bahwa listrik dapat dihasilkan oleh larutan elektrolit yaitu larutan yang bias menghantarkan arus listrik jika terjadi reaksi kimia. Sehingga muncul sel sumber arus listrik yang ditemukan misalnya, sel volta, penyepuhan emas, aki, batu baterai dan lain-lain. Semua itu diperoleh dari proses nalar ilmiah. Dalam pengambilan kesimpulan digunakan penalaran suatu kebenaran yang dapat diterima oleh logika sehingga dalam berlaku konsisiten karena universal.
Terkadang ilmu kimia berkembang dari aksioma-aksioma karena adanya konsep-konsep sebelumya. Fakta yang ada menjadi anomali terhadap pembuktian teori yang ditemukan.
Tetapi ilmu kimia mengasumsikan bahwa teori dapat menjawab suatu fakta yang ada. Di sini ada kontradiksi cara berfikir. Jika filsafat semuanya konseptual tetapi ilmu kimia konseptual yang dianomali oleh fakta. Menurut saya hal ini disebabkan karena dinamika objek ontologi ilmu kimia yang sifat dan karakteristiknya selalu dinamis. Misalnya, air mendidih secara teori pada suhu 100oc tetapi fakta menunjukan bahwa air mendidih pada suhu >100oC pada daerah pegunungan.
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa hakekat ilmu kimia adalah bahwa benda itu bisa mengalami perubahan bentuk maupun susunan partikel. Setelah kita mengetahui bahwa wujud itu bisa berubah dari bentuk satu ke wujud yang lain, kita harus mengetahui bahwa perubahan itu akan membawa manfaat atau justru mudharat.    Wilayah ontologi dan epistemologi sudah terpenuhi, tetapi belum tentu pada wilayah aksiologi. Untuk itu wilayah aksiologi menjadi penting untuk dikaji bagi ilmuan kimia.
Aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kasasan simbolik, ataupun fisik materiil. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi sebagai suatu Condition Quanon yang wajib dipatuhi dalam kegiatan penelitian maupun dalam penerapan ilmu
Timbulnya persepsi buruk masyarakat terhadap kimia sebetulnya karena manusia terlalu acuh tak acuh dengan wilayah aksiologi kimia itu sendiri. Seolah-olah tugas manusia telah selesai di tataran epistemologi dan ontologi saja, padahal wilayah aksiologilah yang paling menentukan apakah ilmu kimia itu membawa manfaat atau justru mudharat. Padahal ilmu kimia tidak bisa lepas dari nilai, begitu juga dengan ilmu-ilmu yang lain. Semua tidak bisa lepas dari nilai, karena yang manusia temukan pasti mempunyai tujuan tersendiri.
Bahan pangan yang beredar di tengah masyarakat yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti : tahu, bakso yang mengandung bahan formalin, pengawet. Krupuk yang kita konsumsi pun tak luput dari bahan racun kimia “boraks”. Bahkan, minuman es di kantin-kantin maupun yang dijual dipinggir jalan diindikasikan bahwa bahan pewarnanya tak lain bahan yang sama untuk pewarna kain. Mengatasnamakan kecantikan bahan kosmetik, alat kecantikanpun tak luput dari racun-racun berbahaya, mercuri, yang berakibat paling fatal yakni kematian
Contoh lain dalam bidang militer, kimia seolah menjadi landasan untuk menciptakan senjata yang paling menakutkan, efisien dan berdaya guna yang hebat, sekali blaar sasaran langsung klepek, tak berkutik alias mati. kemengangan telah dicapai. Masih ingatkah tentang dahsyatnya bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki? Sebuah bom atom yang telah memporakporandakan segala yang ada, entah manusia, gedung atau yang lain, semunya hancur oleh dahsyatnya bom atom. Sebuah bom yang lahir dari gagasan mengenai teori fisi sebuah atom: sebuah atom bisa dipecah menjadi beberapa atom yang lain dengan menembakan sinar tertentu terhadap unsur kimia tertentu, biasanya Uranium, yang akhirnya tercipta unsur-unsur baru dengan melepaskan energi yang sangat spektakuler serta sinar radiasi yang mematikan. Munkin daya ledak hanya tercipta bersamaan dengan jatuhnya bom, akan tetapi sinar-sinar radioaktifnya bisa bertahan sampai waktu yang sangat panjang.
Contoh kasus di atas adalah contoh pengembangan ilmu kimia yang disalah gunakan yang ditemukan hanya dengan tataran ontologi dan epistemologi tapi tanpa memandang wilayah aksiologi. Para pelaku tersebut paham konsep dan proses ilmu yang ditemukan tetapi tidak mempedulikan nilai dari ilmu tersebut, sehingga ilmu yang ditemukan hanya akan membawa kemudharatan bagi masyarakat.
Jika setiap manusia menemukan ilmu dengan memandang wilayah aksiologi, maka ilmu tersebut akan memiliki nilai yang tinggi. Contoh terapan ilmu kimia yang memandang wilayah aksiologi yaitu mengenai peluruhan atom yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan tertentu. Peluruhan atom telah diketahui oleh ilmuwan, bahwa dalam proses peluruhan atau fisi sebuah unsur akan disertai pelepasan energi beberapa elektron yang tentunya dapat dimanfaatkan, misalkan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Jadi wilayah aksiologi ini berhubungan dengan hati nurani manusia dan agama yang berbicara. Akan tetapi, jika mengacu pada proses timbulnya ilmu kimia bahwa bermacam-macam wujud yang ada ini pada dasarnya berasal dari wujud tunggal, dalam Islam adalah bahwa segala yang ada itu berasal dari wujud Allah, sudah selayaknya jika kehadiran ilmu kimia ini ditarik lagi ke wujud tunggal tersebut yaitu digunakan untuk menyenangkan sesama makhluk Tuhan.
Filsafat sebagai fasilitator ilmu kimia hanyalah sebatas untuk mengorek isi yang terkandung dalam wilayah kimia serta mencari gejala-gejala ilmiah yang ada di alam semesta ini yang akhirnya dimasukkan ke wilayah ilmu kimia. Tanpa filsafat yang mengorek mengenai sesuatu yang tersembunyi di tubuh alam semesta ini maka perkembangan ilmu, khususnya kimia, hanya akan mengalami stagnansi, kemandekan. Jika ini terjadi berarti lonceng kematian bagi peradaban manusia telah dimulai dan manusia akan kembali pada zaman batu. Buku kemajuan manusia modern telah ditutup. Maka, berfilsafat merupakan syarat dasar bagi kemajuan sebuah ilmu pengetahuan dalam hal ini khususnya ilmu kimia dan agama menjadi penuntun ke mana ilmu pengetahuan akan dibawa. Disinilah fungsi manusia sebagai khalifah untuk menjadi perekayasa sehingga dunia ini bersifat sustainable atau berkelanjutan sehingga bumi ini akan terwariskan hingga akhir zaman.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar